Muncul Keraguan, Datangnya Godin Buat Lini Belakang Inter Tangguh atau Rapuh?

Akhirnya mantan kapten Atletico Madrid Diego Godin resmi berseragam Inter Milan setelah kontraknya habis di Atletico Madrid per akhir Juni kemarin (gratis).

Bagi Inter Milan, kehadiran sosok berprofil mentereng seperti Godin membuncahkan harapan akan ketangguhan lini belakang garapan pelatih Antonio Conte. Godin bakal melengkapi trio benteng kokoh bersama Milan Skriniar dan Stefan de Vrij guna mengisi posisi tiga bek tengah dalam pola 3-5-2 ala Conte.

Bagi publik Los Colchoneros, defender berpostur 1,87 meter tersebut tergolong legenda. Sudah sembilan tahun dia memperkuat Atletico sejak diboyong dari Villarreal pada 2010. Sebanyak 389 penampilan berkemas 27 gol dia lengkapi dengan sumbangsih mengantar Atletico Madrid merengkuh 8 gelar. Predikat dua kali runner-up Liga Champions milik Atletico pada 2014 dan 2016 membuktikan Godin kenyang pengalaman berlaga di level tertinggi.


Intinya, soal jam terbang, kualitasnya tak usah diragukan, sehingga wajar bila kubu Inter Milan semringah menyambut Godin sebagai rekrutan penting yang menandakan rezim baru.
Image source: fansnerazzurri.com
Namun, Inter harus belajar kepada sejarah. Tak selalu pemain kaliber top seperti Godin mendongkrak performa tim keseluruhan dan menyuntikkan mental juara di tim yang muda.

Inter Milan mesti mencontoh apa yang terjadi dengan Nemanja Vidic beberapa musim lalu. Seperti halnya Godin, transfer Vidic pada awalnya disambut meriah karena status sebagai bintang lini pertahanan Manchester United dan salah satu pemain terbaik di posisinya.

Kewaspadaan untuk menahan euforia harus diapungkan lantaran banyak kemiripan yang muncul antara Vidic dan Godin. Inter merekrut Vidic pada Juli 2014, juga dengan status bebas transfer setelah menuntaskan kontraknya di Man United.

Pun seperti Godin, Vidic tiba di Inter dengan jabatan terakhir kapten di klub yang ditinggalkannya. Lelaki asal Serbia itu merupakan legenda di Man United setelah 8 tahun tampil membela Setan Merah. Riwayatnya mentereng dengan ikut mempersembahkan 15 gelar bersama Man United.

Setara Godin, trofi terakhir Vidic buat Man United berjarak dua musim sebelum perampungan transfer. Persamaan terakhir adalah Vidic dan Godin pindah ke Inter Milan ketika berusia di kisaran 33 tahun.

Apa yang terjadi dengan Vidic? Alih-alih membayar ekspektasi, kiprahnya di Inter lebih dikenang dengan serangkaian blunder. Termasuk dalam debutnya di partai kompetitif buat Inter saat dia menyebabkan tendangan penalti untuk lawan dan dikartu merah wasit kontra Torino (31/8/2014).

Ditambah terjangan cedera, Vidic tak pernah lagi tampil seperti Nemanja Vidic yang sama ketika membela Man United. Dua tahun tak penuh bersama Inter Milan, Vidic tak mampu memberi kontribusi layaknya seorang pemain juara, lalu pensiun pada Januari 2016.

Mungkin Diego Godin bisa menghindari nasib agar tidak seburuk Vidic lantaran kondisi skuad Inter Milan yang kini lebih stabil. I Nerazzurri mampu menyegel tiket ke Liga Champions dua musim terakhir, sesuatu yang tak bisa dicapai tim Inter saat diperkuat Vidic. Apalagi, pemegang kendali kepelatihan adalah figur sekelas Antonio Conte, yang terkenal disiplin dan sarat pengalaman juara.

"Saya datang ke Inter untuk menang, memberikan jiwa dan raga saya, di dalam dan luar lapangan," kata Godin pada wawancara perdananya di Inter TV.

"Saya sangat ingin tetap berkompetisi di level tinggi dan membantu tim hebat ini untuk mencapai target," ujar pemain kelahiran 16 Februari 1986 itu.
Sumber: bolasport.com

Posting Komentar

0 Komentar