Ulah rasisme di Seri A tahun ini sebagian besar bermula dari ulah fans Cagliari. Setelah sempat mengejek Moise Kean kala menghadapi Juventus, mereka kembali mengulangi ujaran rasisme kepada penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku.
Tak lama berselang, giliran Franck Kessie yang mengalami masalah serupa. Pemain berkebangsaan Pantai Gading itu menjadi korban rasisme saat membela AC Milan melawan Verona di ajang Serie A beberapa hari lalu.
Rasisme sedang menjadi polemik utama sepak bola Italia pada tahun ini. Hal tersebut sampai membuat pelatih Inter Milan, Antonio Conte, geleng-geleng kepala.
Dan anehnya, menanggapi kasus tersebut FIGC tidak melakukan tindakan tegas. Mereka tidak memberi ganjaran hukuman kepada Cagliari atas perlakuan tidak terpuji yang dilakukan oleh fansnya. Bahkan dalam pernyataannya, FIGC tidak sama sekali menyinggung kasus yang dialami Kessie.
Permasalahan tidak sampai di situ saja. Beberapa waktu lalu, ultras Inter Milan sempat membuat pernyataan yang menyatakan dukungannya kepada fans Cagliari. Bahkan mereka meminta Lukaku, yang telah mempersembahkan dua gol kepada Inter, untuk memaklumi.
Kemudian, ujaran rasisme sempat terlontar melalui layar kaca. Salah satu pandit kawakan Italia, Luciano Passirani, secara terang-terangan mengejek Lukaku. "Untuk menghentikannya, anda harus melemparkan 10 buah pisang untuk dimakan," ujarnya kepada Top Calcio 24.
Serangkaian masalah itu membuat Conte heran. Sebab, perkembangan ujaran kebencian tersebut berkembang pesat hanya dalam waktu yang sangat singkat.
"Saya kembali [ke Italia] setelah tiga tahun dan melihat semuanya kian memburuk. Banyak kebencian, kemarahan. Itu hanya untuk menghina dan menimbulkan kebencian. Ini sangat buruk. Ini terjadi di Italia dan semakin memburuk," ujar Conte dikutip dari Goal International.
Sebelum kembali ke Italia, Conte sempat menghabiskan waktu dua musim melatih salah satu klub Inggris, Chelsea. Dari kacamatanya, penanganan kasus rasisme di tanah asal sepak bola tersebut sudah sangat baik dan patut untuk dijadikan contoh.
"Saya beruntung bisa mendapatkan pengalaman di Inggris, di mana mereka melemparnya [suporter] ke penjara dan membuang kuncinya, mereka tak lagi datang ke stadion," tambahnya.
"Kami harus berbenah. Itulah kenapa di Inggris anda bisa melihat satu keluarga di stadion. Saya ulangi: Kami harus membenahi semua orang," tandasnya.
Tak lama berselang, giliran Franck Kessie yang mengalami masalah serupa. Pemain berkebangsaan Pantai Gading itu menjadi korban rasisme saat membela AC Milan melawan Verona di ajang Serie A beberapa hari lalu.
Rasisme sedang menjadi polemik utama sepak bola Italia pada tahun ini. Hal tersebut sampai membuat pelatih Inter Milan, Antonio Conte, geleng-geleng kepala.
Dan anehnya, menanggapi kasus tersebut FIGC tidak melakukan tindakan tegas. Mereka tidak memberi ganjaran hukuman kepada Cagliari atas perlakuan tidak terpuji yang dilakukan oleh fansnya. Bahkan dalam pernyataannya, FIGC tidak sama sekali menyinggung kasus yang dialami Kessie.
Permasalahan tidak sampai di situ saja. Beberapa waktu lalu, ultras Inter Milan sempat membuat pernyataan yang menyatakan dukungannya kepada fans Cagliari. Bahkan mereka meminta Lukaku, yang telah mempersembahkan dua gol kepada Inter, untuk memaklumi.
Kemudian, ujaran rasisme sempat terlontar melalui layar kaca. Salah satu pandit kawakan Italia, Luciano Passirani, secara terang-terangan mengejek Lukaku. "Untuk menghentikannya, anda harus melemparkan 10 buah pisang untuk dimakan," ujarnya kepada Top Calcio 24.
Serangkaian masalah itu membuat Conte heran. Sebab, perkembangan ujaran kebencian tersebut berkembang pesat hanya dalam waktu yang sangat singkat.
"Saya kembali [ke Italia] setelah tiga tahun dan melihat semuanya kian memburuk. Banyak kebencian, kemarahan. Itu hanya untuk menghina dan menimbulkan kebencian. Ini sangat buruk. Ini terjadi di Italia dan semakin memburuk," ujar Conte dikutip dari Goal International.
Sebelum kembali ke Italia, Conte sempat menghabiskan waktu dua musim melatih salah satu klub Inggris, Chelsea. Dari kacamatanya, penanganan kasus rasisme di tanah asal sepak bola tersebut sudah sangat baik dan patut untuk dijadikan contoh.
"Saya beruntung bisa mendapatkan pengalaman di Inggris, di mana mereka melemparnya [suporter] ke penjara dan membuang kuncinya, mereka tak lagi datang ke stadion," tambahnya.
"Kami harus berbenah. Itulah kenapa di Inggris anda bisa melihat satu keluarga di stadion. Saya ulangi: Kami harus membenahi semua orang," tandasnya.
Sumber: bola.net
Salam Interisti. Share kabar Inter Milan terupdate ini buat Interisti di seluruh pelosok negeri ya Gaes :)
0 Komentar